Susno Duadji Bandingkan Kasus Vina dan Kasus Guru Supriyani

Jakarta, Indonesia – Mantan Kabareskrim Polri, Susno Duadji, baru-baru ini mengomentari dua kasus yang sedang menjadi sorotan publik di Indonesia: Kasus Vina, seorang wanita yang terlibat dalam video viral yang kontroversial, dan kasus Guru Supriyani, seorang pendidik yang terjerat masalah hukum terkait tindakan kekerasan. Dalam pandangannya, Susno Duadji menyoroti perbedaan penanganan hukum antara kedua kasus tersebut, mengungkapkan keprihatinan tentang ketidakadilan dalam penegakan hukum di tanah air.

Kasus Vina: Kontroversi dan Proses Hukum

Kasus Vina pertama kali mencuat setelah beredarnya video pribadi yang memperlihatkan Vina dalam situasi yang sangat memalukan. Video yang tersebar di media sosial tersebut menyebabkan reaksi keras dari publik, dengan banyak pihak mengecam tindakan yang dianggap tidak etis dan merugikan citra individu yang bersangkutan. Vina kemudian dilaporkan oleh beberapa pihak atas tuduhan pelanggaran norma kesusilaan.

Namun, dalam proses hukum yang berlangsung, Susno Duadji menilai bahwa penanganan kasus ini terkesan terlalu cepat dan memihak pada pihak-pihak tertentu. “Dalam kasus Vina, kita melihat bagaimana proses hukum bisa berjalan begitu cepat dan dengan begitu banyak perhatian publik, meskipun pada dasarnya, ini adalah masalah pribadi yang menjadi viral,” ujarnya. Susno menyarankan agar kasus semacam ini sebaiknya ditangani dengan bijak, memperhatikan faktor-faktor kemanusiaan dan etika, serta tidak hanya berfokus pada sensasi media.

Kasus Guru Supriyani: Penegakan Hukum yang Berbeda

Di sisi lain, Susno Duadji juga membandingkan penanganan kasus yang melibatkan seorang guru bernama Supriyani. Kasus ini melibatkan seorang guru yang diduga melakukan tindakan kekerasan terhadap siswa di sekolahnya. Meskipun masalah ini juga memancing perhatian publik, Susno merasa bahwa proses hukum terhadap Supriyani berjalan lebih lambat dan tampaknya kurang mendapat sorotan yang sebanding dengan kasus Vina.

“Kasus yang melibatkan seorang guru, yang seharusnya menjadi panutan bagi muridnya, seharusnya mendapat perhatian yang lebih besar dari aparat penegak hukum. Namun kenyataannya, proses hukum terhadap Supriyani berjalan lambat dan tampaknya kurang transparan,” ujar Susno. Menurutnya, tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan harus diproses secara serius karena berpotensi menciptakan trauma yang berkelanjutan bagi anak-anak dan berdampak pada dunia pendidikan secara keseluruhan.

Ketidakadilan dalam Penegakan Hukum?

Melalui perbandingan ini, Susno Duadji mengkritik adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum di Indonesia. Ia menilai bahwa proses hukum terhadap dua kasus yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang adil dan setara, malah memperlihatkan perlakuan yang berbeda. Menurutnya, salah satu faktor penyebabnya adalah adanya faktor sensasionalisme yang lebih mengutamakan publikasi dan tekanan dari media sosial daripada penanganan hukum yang adil dan tepat sasaran.

“Kasus seperti Vina menjadi perhatian besar media dan aparat hukum karena sifatnya yang lebih viral dan kontroversial, sedangkan kasus seperti Guru Supriyani, yang menyangkut kekerasan terhadap anak, sering kali tidak mendapat perhatian yang sama,” tambah Susno. Ia berharap agar hukum di Indonesia bisa lebih fokus pada keadilan dan kepentingan publik, bukan hanya berdasarkan faktor-faktor yang berbau sensasi.

Pentingnya Perhatian pada Kasus Kekerasan di Dunia Pendidikan

Dalam kritiknya terhadap penanganan kasus Guru Supriyani, Susno juga menekankan pentingnya perhatian terhadap kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan. Kekerasan terhadap siswa, baik secara fisik maupun mental, merupakan masalah serius yang dapat berdampak buruk pada perkembangan psikologis anak-anak dan menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak kondusif.

Ia menambahkan bahwa selain memproses hukum dengan cepat dan adil, perlu ada langkah-langkah pencegahan yang lebih intensif terhadap kekerasan di sekolah, seperti pelatihan bagi guru mengenai cara-cara yang tepat untuk mendidik dan menangani siswa dengan baik. Dengan demikian, kasus-kasus serupa tidak akan terulang di masa depan.

Penutup: Seruan untuk Keadilan yang Seimbang

Susno Duadji mengakhiri komentarnya dengan seruan untuk penegakan hukum yang lebih seimbang dan adil, tanpa memandang status atau popularitas suatu kasus. Ia berharap bahwa ke depan, aparat penegak hukum di Indonesia dapat lebih bijaksana dalam menangani kasus-kasus hukum, dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang dan dampaknya terhadap masyarakat, terutama dalam kasus kekerasan terhadap anak dan pelanggaran norma kesusilaan.

“Dua kasus ini menunjukkan bagaimana hukum bisa dipengaruhi oleh media dan opini publik. Harapan kita, hukum harus tetap tegak, adil, dan tidak terpengaruh oleh faktor eksternal yang tidak relevan,” pungkasnya.

Dengan semakin banyaknya kasus yang mengemuka di masyarakat, penting bagi publik dan aparat penegak hukum untuk memahami bahwa setiap kasus harus diperlakukan dengan cara yang adil dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, tanpa memandang latar belakang atau status sosial individu yang terlibat.